PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar ysng terdiri dari beragam jenis suku, bahasa dan agama. Pada tahun 2003 penduduk Indonesia sudah berjumlah 219.900.000 jiwa dan diperkirakan proyeksi taahun 2010 akan menjadi 237.711.000 jiwa.
Jumlah penduduk yang padat dengan kemajuan IPTEK merupakan salaha satu faktor Indonesia mengalami kecenderungan terhadap situasi kegawatdaruratan. Kasus kecelakaan di Indonesia tahun 2003 tercatat 24.692 dengan korban meninggal 9. 856 jiwa (Profil Kesehatan Indonesia).
Kasus kecelakaan lalu lintas umumnya sangat rentan mengalami trauma/fraktur. Kondisi kegawatdaruratan yang perlu diantisipasi adalah kejadian syok hipovolemik yang merupakan efek langsung dari perdarahan yang mengakibatkan tubuh kekurangan volume darah..
Sebelum pembahasan lanjut perlu diketahui definisi atau pengertian dari fraktur serta kondisi kegawatdaruratan dari fraktur tersebut. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur diartikaan juga sebagai kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Kondisi kegawatdaruratan pada fraktur dapat terjadi syok hipovolumik karenadanya perdarahan banyak. Syok tersebut merupakan kondisi kegagalan sirkulasi perifer dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat.
ETIOLOGI
Umumnya kejadian fraktur dialami akibat kegagalan tulang menahan tekanan, terutama tekanan, terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Tekanan pada tulang dapat berupa : tekanan berputar, membengkok, tekanan sepanjang aksis tulang, kompresi vertical, trauma lngsung yang disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu, fraktur oleh karena remuk, atau trauma karena tarikan ligamen atau tendo.
Trauma penyebab fraktur dapat bersifat :
1. Trauma langsung
a. Fraktur terjadi di daerah yang mengalami trauma langsung.
b. Biasanya komunitif.
c. Jaringan lunak mengalami kerusakan.
2. Trauma tidak langsung
a. Trauma dihantarkan dari daerah yang lebih jauh dari fraktur.
b. Jaringan lunak utuh.
Patofisiologi
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh vasokonstriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi visceral. Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detaak jantung sebagai usaha untuk menjaga outputjantung, pelepasan katekolamin-katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormone-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan ke dalam sirkulasi sewaktu terjadinya syok, termasuk histamine, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin-sitokin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah.
Pada syok perdarahann yang masih dini, mekanisme kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara kontraksi volume darah di dalam sistem vena sistemik. Cara yang paling efektif untuk memulihkan cardiac pada tingkat seluler, sel dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada keadaan wal terjadi kompensasi dengan berpindah ke metabolisme anaerobic, hal mana mengakibatkan pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolic. Bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP (adenosine triphosphate) tidak memadai, maka membran sel tidak dapat lagi mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Pembengkakan reticulum endoplasmic merupaakan tanda ultrastrsuktural pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan diikuti cedera mitokondrial. Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intre-seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah pembengkakan sel. Juga terjadi penumpukan kalsium intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera seluler yang progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi.
MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tanda fraktur antara lain : nyeri lokal dan makin bertaambah bersama dengan gerakan, hilangnya fungĂs anggota gerak dan persendian yang terdekat, terdapat perubahan bentuk (deformitas), nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri sumbu, krepitasi (tidak perlu selalu dibutikan), gerakan-gerakan abnormal,
Dugaan syok bila ditemukan tandaa-tanda :
1. Hipotensi : tekanan darah sistolik 90 mmHg atau lebih rendah pada dewasa atau pada anak-anak sesuai dengan perbandingannya menunjukkan hipotensi. Beberapa orang dewasa sehat mungkin menunjukkan tekanan darah sistolik
2. Perubahan ortostatik
3. Hipoperfusi perifer
4. Perubahan keadaan mental
PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penangananan kegawatdaruratan pada klien fraktur tetap berdasarkan prinsip pada Airway, Breathing, Circulation, dst. Penatalaksanaan umum pada kondisi tersebut antara lain :
5. Jaga kepatenan jalan napas
6. Berikan oksigen 5-10 l/m, dengan masker atau malaui hidug.
7. Segera atasi syok dan perdarahan.
8. Volume sirkulasi dimonitor dengan : tekanan darah, denyut jantung, pernapasan, suhu badan, kesadaran, keadaan ekstremitas, produksi urin (pasang kateter), pemasangan CVP, pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan hematokrit (Bila ada gejala-gejala dan gangguan elektrolit segera dikoreksi)
Catatan : Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri, mencegah (bertambahnya) kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan fraktur. Bila tidak terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi di anggota gerak badan atas untuk sementara angota badan yang sakit dibebatkan ke badanp pnderita; bila lesi di anggotaa gerak bawah maka anggota gerak yang sakit dibebatkan pada anggota badan yang sehat. Terhadap lesi di daderah vertebra, penderita dibaringkan pada permukaan yang kersa.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medik Dirjen bina Pelayanan Medik Depkes RI, 2005. Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit, Jakarta.
Purwadianta, Agus & Sampurna, Budi, 2000. Kedaruratan Medik, Edisi Revisi, Jakarta : Binarupa Aksara.
Rasjad, Hairuddin,
FRAKTUR DAN KEGAWATDARURATANNYA
.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar tentang isi postingan pada blog ini. Terimakasih!